Sabtu, 11 Mei 2024

Kabar Khas

Lampu dan Mimbar Pertama di Masjid Nabi
Kabar Khas

Lampu dan Mimbar Pertama di Masjid Nabi

SUATU hari, Tamim al-Dari datang ke Madina. Dia menyuruh budaknya membuat pelita minyak yang dibawanya dari Suriah. Kebetulan hari itu adalah hari Jumat. Masuk ke masjid, Tamim merentangkan tali dari tiang ke tiang, lalu menggantungkan pelita-pelita itu di sana. Begitu matahari terbenam, pelita dinyalakan. Sebelumnya, untuk menerangi masjid, para sahabat melakukannya dengan cara membakar jerami kurma. Ketika Nabi Muhammad masuk, beliau heran melihat pelita-pelita itu. “Siapa yang membuat ini?” tayanya. “Tamim al-Dari, wahai Rasulullah,” jawab sahabat. “Kau telah menyinari Islam. Semoga Allah menyinarimu di dunia dan diakhirat,” ujarnya. Itulah untuk pertama kalinya, masjid di Madinah memakai penerangan lampu yang menggunakan minyak. Selain tidak ada penerangan serupa itu, pada awalnya ...
Duta Sains dan Nilai Pelajaran IPA di Sumedang
Kabar Khas

Duta Sains dan Nilai Pelajaran IPA di Sumedang

“SAYA suka pelajaran ilmu pengetahuan alam  karena rasional. Lagi pula saya tidak pandai menghapal,” kata Santy Nurmalasari, S.Pd. (35) guru IPA di SMPN 7 Sumedang di Kec. Sumedang Selatan, ketika berbincang beberapa waktu lalu. Santy memang senang pelajaran IPA sedari kecil.  Ternyata kegemarannya itu diganjar ketika dia menjadi seorang pendidik. Santy memperoleh prediket sebagai Duta Sains tingkat nasional dari Pusat Pengembangan  dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 26 Maret 2019 lalu. Bagi warga Lingkungan Lebak Huni, Kel. Pasanggarahan Baru, Kec. Sumedang Selatan itu, pencapaian tersebut merupakan buah dari ketekunannya selama ini. Sewaktu duduk di bangku SD, Santy  pernah menjadi juara 4 sebaga...
Lobster,  Dulu untuk Kaum Sulit Kini Makanan Elit
Kabar Khas

Lobster,  Dulu untuk Kaum Sulit Kini Makanan Elit

”LOBSTER mutiara, berat kira-kira 1,2 kilogram sampai dengan 1,4 kilogram, harga per kilogramnya saat ini minimal Rp 5 juta. Bibitnya diambil dari laut. Diekspor ke Vietnam per ekor cuma Rp 139.000. Bener kita harus ekspor bibitnya? Apa tidak lebih baik menunggu besar dan dijual dengan harga lebih dari 30 kalinya?” Itulah cuitan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Susi Pudjiastuti di akun Twitter-nya  pada 14 Desember 2019. Perempuan ini menolak keras rencana  Edhy Prabowo, yang menggantikan posisinya, untuk membuka kembali keran ekspor benih lobster. Ekspor satwa laut inilah yang menurut KPK, berkaitan dengan penangkapan Edhy Prabowo, Rabu (25/11/2020) dini hari di Bandara Soekarno-Hatta. Pada beberapa kesempatan, Susi Pudjiastuti mengungkapkan, ekspor lobster akan le...
Cadas Pangeran: 5.000 Nyawa dan Upah Beras 1 Pon
Kabar Khas

Cadas Pangeran: 5.000 Nyawa dan Upah Beras 1 Pon

HERMAN Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808-1818), hatinya benar-benar masygul. Penyebabnya, proyek pembangunan jalan di kawasan Kabupaten Sumedang belum juga selesai seuai jadwal. Padahal jalan tersebut merupakan bagian dari proyek ambisiusnya, yakni rentangan jalan raya pos dari Anyer (Banten) hingga Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.044 kilometer. Di lokasi yang kini masuk Desa Ciherang, Kec. Sumedang Selatan itu, pembangunan jalan memang sulit, karena harus melalu bukit batu yang keras dan terjal dengan pepohonan besar di sekitarnya. Mau tidak mau bukit itu harus dibobok dengan alat seadanya. Sedangkan perkakas yang dimiliki warga Sumedang saat itu masih sederhana. Paling banter hanya martil, kapak, cangkul, atau sekop. Namun Daendels yang dikenal gampang murka ...
Sari Oneng Pentas di Paris, Nagasasra  Sambut Daendels
Kabar Khas

Sari Oneng Pentas di Paris, Nagasasra  Sambut Daendels

  ANDA pernah berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) Sumedang?  Di salah satu sudut museum yang terletak di kompleks pemerintahan tersebut, terdapat seperangkat gamelan berusia tua bernama Sari Oneng Parakansalak. Gamelan tersebut pernah melanglang buana ke Belanda tahun 1883. Kemudian ke Paris, Prancis pada 1889  dalam kaitan peresmian Menara Eiffel. Pada display di ruang lainnya, terdapat keris Nagasasra milik Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) atau Pangeran Kornel. Keris itu berkaitan dengan pembuatan Jalan Cadas Pangeran. Beratnya kondisi alam, mengakibatkan banyaknya korban jiwa.  Sebagai bentuk protes, saat Gubernur Jenderal  Herman Willem Daendels datang mengontrol, Pangeran Kornel meyambut uluran tangan Daendels dengan tangan kiri. Tangan kanan...
Khalifah Pemenggal Kepala dan Perusak Kabah
Kabar Khas

Khalifah Pemenggal Kepala dan Perusak Kabah

YAZID bin Muawiyah, adalah khalifah Dinasti Umayyah yang terkenal kekejamannya, membantai keluarga Rasulullah SAW di Karbala. Dalam peperangan yang sangat tidak seimbang, Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi, terbunuh dan kepalanya dipenggal dibawa ke istana Yazid di Damaskus (Suriah). Selain membantai keluarga Nabi, Yazid anak Muawiyah juga merusak kota Mekah dan Madinah, dua tempat yang sangat dihormati kaum muslimin. Bahkan Nabi berulangkali menegaskan keistimewaan kedua tempat tersebut. Ulama ahli tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi, dalam kitabnya "Tarikh al-Khulafa" berkisah, pada tahun 63 H penduduk Madinah memberontak dan tidak mengakui Yazid sebagai khalifah. Pasalnya, Yazid dikenal sebagai tukang maksiat. Pemabuk yang parah dan rajin melakukan berbagai kemunkaran. Untuk m...
Wisata Sejarah di  “Jalan Neraka”
Kabar Khas

Wisata Sejarah di “Jalan Neraka”

PERTAMA kali mencoba jalur Tanjakan Jahim pada tahun 2001. Jalannya masih berbatu, kubangan di sana-sini. Meskipun perjalanan dilakukan siang hari, tetap saja ada rasa khawatir. Karena suasananya sepi. Jarang ada kendaraan lain sebagai kawan seperjalanan. Sejumlah “preman kampung” sesekali muncul, berdiri di tengah jalan meminta sumbangan uang keamanan. Tidak begitu jelas, mengapa jalur ini disebut Tanjakan Jahim. Namun beberapa warga menduga, nama Jahim diambil dari nama neraka  –neraka Jahim-. Istilah itu dilekatkan sehubungan dengan kondisi jalan tersebut di masa lalu yang memang tidak nyaman. “Yah kondisina jiga naraka jahim, kitu meureun,” ujar Somad (48) warga setempat. Cerita lain menyebutkan, pada masa merebaknya aksi gerombolan pasca-kemerdekaan, disusul dengan sepak terj...
Hari Pohon Sedunia, Turunkan Spanduk dan Cabuti Paku
Kabar Khas

Hari Pohon Sedunia, Turunkan Spanduk dan Cabuti Paku

SEKELOMPOK anak muda itu bergegas naik ke sejumlah pohon pelindung di pinggir jalan di kawasan Baleendah Kabupaten Bandung, Sabtu (21/11/2020). Sejumlah spanduk iklan obat kuat, reklame lembaga pendidikan dan media kampanye para calon Bupati Bandung dalam waktu singkat sudah menumpuk di pinggir jalan. Kemudian dengan perkakas seadanya, mereka mencabuti paku-paku yang tertanam di pohon-pohon itu. Selesai di satu lokasi, mereka berpindah lagi ke lokasi lainnya. Serentak melakukan hal yang sama tanpa banyak bicara. Mereka membersihkan pepohon dari berbagai jenis tindakan vandalisme. Orang-orang itu bukanlah petugas Satpol PP yang sedang melakukan razia limbah visual di pepohonan. Mereka adalah pegiat lingkungan yang dengan caranya sendiri sedang memperingati Hari Pohon Sedunia yang jatuh ...
Beginilah Akhlak Cucu Nabi Muhammad
Kabar Khas

Beginilah Akhlak Cucu Nabi Muhammad

SUATU kali seseorang mencaci-maki Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib dengan kata-kata yang tidak pantas.  Imam Hasan diam saja, tidak membalas cacian itu. Anak Imam Hasan yang juga berada di tempat itu bertanya, "Wahai Ayahanda, orang itu mencaci maki tapi mengapa ayah tidak membalasnya?" Dengan lemah lembut Imam Hasan menjawab pertanyaan putranya, "Bagaimana aku membalasnya, sedangkan kakekku Muhammad,  ayahku Ali bin Abi Thalib dan ibuku Fatimah Azzahra, tidak pernah mengajariku caci maki". Bukan sekali itu Imam Hasan dicaci orang. Di lain waktu,  cucu Nabi itu berjalan di tengah keramaian. Tiba-tiba berpapasan dengan seseorang yang sudah berumur asal Syam, yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi. Mulailah pria itu mencaci maki habis-habisan. Imam Hasan tertunduk diam, tid...
Rumah Warga Sasak Dipel Kotoran Kerbau
Kabar Khas

Rumah Warga Sasak Dipel Kotoran Kerbau

  RUMAH-RUMAH warga Sasak dibangun berderet memanjang, hanya menyisakan sedikit lahan untuk jalann umum di bagian depan atau samping rumah. Bahkan sebagian lainnya dibangun berhimpitan. Rumah-rumah mereka didirikan mengikutin kontur tanah secara alami. Karena itu, posisinya ada yang di atas dan di bawah. Rata-rata luas bangunan yang dimiliki warga Sasak 7 x 5 meter. Atap rumah Sasak terbuat dari jerami atau ilalang dan berdinding anyaman bambu (bilik). Sementara lantainya tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Kombinasi material seperti itu, membuat lantai tanah menjadi padat, tidak ubahnya seperti lantai bersemen. Bahkan untuk pemeliharaan, lantai rumah mereka secara rutin dipel dengan kotoran kerbau. Resep kotoran kerbau ini diperoleh secara turun temuru...