Jumat, 29 Maret 2024

Beginilah Akhlak Cucu Nabi Muhammad

SUATU kali seseorang mencaci-maki Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib dengan kata-kata yang tidak pantas.  Imam Hasan diam saja, tidak membalas cacian itu. Anak Imam Hasan yang juga berada di tempat itu bertanya, “Wahai Ayahanda, orang itu mencaci maki tapi mengapa ayah tidak membalasnya?”

Dengan lemah lembut Imam Hasan menjawab pertanyaan putranya, “Bagaimana aku membalasnya, sedangkan kakekku Muhammad,  ayahku Ali bin Abi Thalib dan ibuku Fatimah Azzahra, tidak pernah mengajariku caci maki”.

Bukan sekali itu Imam Hasan dicaci orang. Di lain waktu,  cucu Nabi itu berjalan di tengah keramaian. Tiba-tiba berpapasan dengan seseorang yang sudah berumur asal Syam, yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi. Mulailah pria itu mencaci maki habis-habisan. Imam Hasan tertunduk diam, tidak menjawab sepatah kata pun sampai orang tersebut menuntaskan hinaannya.

Setelah lelaki itu selesai berkata-kata, barulah Imam Hasan menanggapinya dengan keluhuran akhlak seorang keturunan Rasulullah SAW. Bukan dengan membalas makian sambil melotot dan menuding-nuding. Setelah mengucapkan salam diiringi senyum yang ramah, Imam Hasan malah menawarkan bantuan jika lelaki tersebut tengah menghadapi berbagai kesulitan.

Melihat tanggapan begitu rupa, lelaki itu sangat kaget bukan kepalang. Karena selama ini dia keliru menilai anak keturunan Nabi SAW. Dia sadar telah dicekoki informasi yang salah, berita bohong, dan berbagai fitnahan. erkesima, lalu menangislah lelaki itu sejadi-jadinya.

“Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah sosok yang paling aku benci. Tapi kini  engkau adalah pribadi yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya,” ucapnya terbata-bata. Kemudian Imam Hasan menjamu sang tamu di rumahnya. Seperti itulah seharusnya keturunan Nabi menjaga marwah datuknya.

Perilaku sang cucu, persis seperti budi pekerti sang kakek.  Para sahabat memberi kesaksian, Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling baik di muka bumi ini, orang yang paling indah rupa dan jiwanya. Manusia yang tidak pernah berkata-kata buruk, mengutuk atau mencaci-maki orang lain.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar mendoakan terjadinya hal-hal buruk kepada orang-orang musyrik yang telah melukai hati Nabi. Namun dengan rendah hati beliau berkata: “Aku tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan kasih sayang”.

Nabi juga bukan pemarah, melainkan pemaaf. Suatu hari ada orang Arab badwi (desa) yang buang air di mesjid Nabi. Para sahabat yang melihat kejadian itu langsung memarahi dan bersiap memukulnya. Tapi Nabi melarang tindakan tersebut. “Jangan lakukan itu. Ambil  saja air, lalu kalian siram bekas kencingnya,” kata Nabi. Demikianlah manusia suci ini mengajarkan adab pada kita. (Enton Supriyatna Sind).***

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: