“SAYA suka pelajaran ilmu pengetahuan alam karena rasional. Lagi pula saya tidak pandai menghapal,” kata Santy Nurmalasari, S.Pd. (35) guru IPA di SMPN 7 Sumedang di Kec. Sumedang Selatan, ketika berbincang beberapa waktu lalu. Santy memang senang pelajaran IPA sedari kecil. Ternyata kegemarannya itu diganjar ketika dia menjadi seorang pendidik.
Santy memperoleh prediket sebagai Duta Sains tingkat nasional dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 26 Maret 2019 lalu. Bagi warga Lingkungan Lebak Huni, Kel. Pasanggarahan Baru, Kec. Sumedang Selatan itu, pencapaian tersebut merupakan buah dari ketekunannya selama ini.
Sewaktu duduk di bangku SD, Santy pernah menjadi juara 4 sebagai siswa berprestasi tingkat Provinsi Jabar. Sementara di sekolah langganan juara 1 dan juara umum dalam prestasi belajar. “Saya juga senang baca puisi, pernah juara 2 lomba deklamasi tingkat kabupaten,” tutur Santy Nurmalasari ketika ditemui di SMPN 7 Sumedang.
Menjadi Duta Sains, tidaklah mudah. Serangkaian proses seleksi dan pelatihan yang panjang dan melelahkan harus dilaluinya. Semula dia terpilih menjadi salah seorang dari 40 guru IPA tingkat nasional yang direkomendasikan P4TK IPA. Santy kemudian mengikuti pelatihan ke di Australia dan Jepang. Kegiatan itu merupakan bagian program pelatihan 1.000 guru ke luar negeri tahun 2018.
“Alhamdulillah saya lolos seleksi wawancara hingga saya bisa berangkat ke luar negeri. Ada tiga orang dari Jabar yang lolos, yaitu dari Sumedangi, Kota Bandung dan Kota Sukabumi. Saya satu-satunya dari Sumedang. Kami mengikuti pelatihan selama 21 hari,” kata perempuan lulusan UPI Fakultas MIPA Pendidikan Fisika tahun 2009 itu.
Dongkrak nilai
Sepulang pelatihan, ia harus membuat laporan kegiatan selama pelatihan hingga akhirnya dilantik menjadi Duta Sains. Kemudian Santy diberikan tugas untuk mendesiminasikan ilmu yang didapat, baik di Sumedang maupun di luar Sumedang. Dia juga mesti menularkan ilmunya kepada para guru IPA baik di sekolahnya maupun di sekolah lainnya.
Santy berharap, pembelajaran IPA khususnya di Sumedang terus meningkat. Terutama mampu mendongkrak nilai rata-rata mata pelajaran IPA pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Salah satu upayanya, ia berdiskusi dengan para Duta Sains se-Indonesia pada acara peningkatan literasi sains di Bandung.
“Peningkatan literasi sains menjadi salah satu formula untuk meningkatkan nilai rata-rata IPA pada AKM. Tidak bisa dipungkiri, nilai rata-rata UN IPA di Sumedang relatif masih rendah,” kata istri dari Taufik Hidayat, M.Pd., guru olah raga di SMPN 3 Sumedang.
Baginya, hal itu menjadi pekerjaan rumah. Salah satu yang sedang dirancangnya adalah kerja sama antara P4TK IPA, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dengan Disdik Sumedang. Sebagai upaya sosialisasi program literasi sains guna menaikan nilai rata-rata IPA di Sumedang,” ucap ibu dari Tasya Salsabila Hidayat (10) dan Zalfa Nagiya Hidayat (5) yang hobi memasak dan bercocok tanam ini. (Hadadi)***