
ANDA pernah berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) Sumedang? Di salah satu sudut museum yang terletak di kompleks pemerintahan tersebut, terdapat seperangkat gamelan berusia tua bernama Sari Oneng Parakansalak. Gamelan tersebut pernah melanglang buana ke Belanda tahun 1883. Kemudian ke Paris, Prancis pada 1889 dalam kaitan peresmian Menara Eiffel.
Pada display di ruang lainnya, terdapat keris Nagasasra milik Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) atau Pangeran Kornel. Keris itu berkaitan dengan pembuatan Jalan Cadas Pangeran. Beratnya kondisi alam, mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Sebagai bentuk protes, saat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels datang mengontrol, Pangeran Kornel meyambut uluran tangan Daendels dengan tangan kiri. Tangan kanan memegang yang terselip di pinggang kirinya.
Selain itu ada pula Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, yang menurut kisahnya merupakan mahkota terakhir Kerajaan Pajajaran. Penyanyi terkenal asal Sumedang, Rossa Roslaina Sri Handayani (Rossa), pernah mahkota ini saat pada pernikahannya beberapa tahun lalu.
“Kami tertarik dengan koleksi museum ini dan ingin mengelolanya secara lebih profesional. Benda-benda bersejarah ini harus diangkat dan dikembangkan, sehingga menarik turis untuk datang. Dunia pariwisata Sumedang juga akan lebih dikenal,” ujar CEO The Lodge Group Heni Smith, di lokasi museum, Senin (23/11/2020).

Ketertarikan Heni Smith itu diwujudkan dalam penandatanganan kerjasama antara The Lodge Group dan Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang dalam pengelolaan MPGU, di Bale Agung Srimanganti. Acara dihadiri Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang Luky Djohari Soemawilaga dan Sri Radya Keraton Sumedang Larang Lukman Soemadisoeria.
Bertaraf internasional
The Lodge Group akan menata dan mengelola operasional MPGU menjadi museum bertaraf internasional. Carana, antara lain dengan menggelar berbagai event berskala dunia dengan mengundang para duta besar. Para tamu itu bisa melihat langsung berbagai koleksi bersejarah di dalam museum tersebut.
“Misalnya di bulan Maret 2021 nanti kami akan menggelar acara pembukaan pengelolaan MPGU bertema ‘Pressure of Sumedang’ dengan mengundang para duta besar. Kegiatan lainnya, akan menyelenggarakan acara berskala internasional. Event ini yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian Pariwisata,” tuturnya.

Langka awal dalam kerjasama tersebut, kata Heni, The Lodge Group akan membuka kafe di kawasan gedung Srimanganti pada Maret tahun depan. Sambil menikmati suguhan berbagai menu, pengunjung pun bisa melihat langsung sekaligus merasa bangga dengan Keraton Sumedang Larang. Setelah itu, display museum pun akan ditata ulang.
“Kami juga akan membuat open air museum di belakang Srimanganti. Dengan ara itu kita bisa tahu kehidupan zaman dulu. Pengunjung bisa berswafoto dengan pakaian zaman kerajaan dulu. Jadi, keberadaan MPGU harus dikombinasikan dengan kehidupan zaman sekarang. Mudah-mudahan, rencana ini bisa rampung dalam satu hingga dua tahun ke depan,” katanya.
Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang Luky Djohari Soemawilaga menuturkan, melalui kerjasama dengan The Lodge Group dalam pengelolaan MPGU, diharapkan keberadaan museum bisa meningkat, baik dari profesionalitas maupun pencapaian target pariwisata serta pelestarian kebudayaannya.

“Kemitraan ini dilakukan dengan pertimbangan yang matang. The Lodge punya kemampuan mengelola managemen di bidang pariwsata dan tata boga. Untuk mengangkat MPGU supaya lebih profesional, terukur dan optimal kita butuh partnership. Dengan kerjasama ini, mudah-mudahan MPGU dan Keraton Sumedang Larang bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Sumedang dan Jawa Barat,” ucapnya.
Harapan serupa juga diungkapkan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir. Dia mengapresiasi sekaligus menyambut baik kerjasama tersebut. “Ini sesuai visi Sumedang Simpati, khususnya dalam memajukan budaya dan pariwisata Sumedang. Semoga MPGU bisa mendunia dan budaya di Sumedang lestari. Masyarakat mengetahui sejarah luhur Sumedang untuk inspirasi ke depan,” ungkapnya. (Hadadi)***