Jumat, 29 Maret 2024

Ngopi Samida Hyang di Bangbayang

 

 

Salah satu sudut di Bangbayang. (Foto-foto: AP Sutarwan)

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki sejumlah destinasi wisata yang unik dan menarik. Tersebar di seluruh wilayah, baik di timur, barat, tengah maupun selatan dan utara Sumedang. Salah satunya, Kampung Wisata Bangbayang, di Kecamatan Situraja.

Menurut catatan apakabar.news, sebelumnya, wilayah yang dekat dengan Kawasan Waduk Jatigede ini, sama sekali tidak dikenal.  Juga tidak dilirik banyak orang. Tapi kini, sudah jauh berbeda keadaannya. “Sekarang, tiap akhir pekan dan hari libur nasional, banyak wisatawan yang datang,” kata Umar, Kepala Desa Bangbayang, beberapa waktu lalu.

Kampung Wisata Bangbayang tidak menjual seni budaya seperti kampung wisata lainnya. Yang dijual di sini adalah keindahan alam pegunungan dan pedesaan yang asri. Selain itu tumbuhan khususnya kopi, serta tentu saja, kopi khas Bangbayang yang sudah melanglang buana: Samida Hyang.

Di Bangbayang, konon, ada makam Dewi Candra Wulan, ibunda dari Sunan Ampel. Akan tetapi, potensi yang satu ini belum dikelola maksimal agar menjadi daya tarik wisata. “Tapi ke depan, rencananya akan lebih dikembangkan,” kata Umar.

Apa saja yang bisa dinikmati di sini?  Ada beberapa.

Pertama, Curug Cikidang.

Air terjun ini, bisa ditempuh dengan berjalan kaki di jalan setapak sekitar empat kilometer dari Kantor Desa Bangbayang.

Dalam perjalanan ke air terjun, wisatawan bisa dengan bebas melihat keadaan perkampungan yang asri dan segar, melewati jalan berbatu yang kadang basah, serta menyeberangi sungai berbatu yang airnya jernih dan bersih.

Setelah lelah berjalan, sampailah di Air Terjun atau  Curug Cikidang di kawasan hutan. Udara super segar di sekitar air terjun menyambut, dan seketetika menghilangkan rasa lelah dan penat.

Kedua, kebun kopi

Setelah menikmati air terjun, wisatawan bisa berkeliling atau istilah orang Sunda asruk-asrukan ke kebun kopi di hutan desa, salah satu potensi ekonomi andalan warga setempat.

Menurut Umar, sejak dulu kala, di hutan ini tumbuh kopi unggulan yang belakangan bisa merambah luar negeri  dengan brand Kopi Samidahyang.

Budidaya itu semakin berkembang dalam sepuluh tahun terakhir, setelah kopi semakin populer di mana-mana. Dalam kurun waktu itu, warga setempat semakin banyak yang menanam kopi, sehingga hutannya, berubah menjadi hutan kopi.

Ketiga, bale kopi

Selanjutnya, setelah berkeliling di kebun kopi yang terbilang luas, wisatawan bisa bersantai-ria di Bale Kopi “Samida Hyang”. Di pondok ini, tersedia makanan khas Sunda seperti nasi putih/merah, goreng/bakar ayam kampung, serta makanan lainnya.

Di sini pun wisatawan bisa belajar cara memetik, menjemur, dan nyangray (memanaskan kopi dalam ketel besar atau kuali), serta menumbuk kopinya sekalian, dengan bimbingan warga setempat. Tentu saja, kopinya bisa langsung diseduh di tempat, dengan campuran gula are asli. Dan jangan lupa, kopinya gratis!

Keempat, arena camping

Selain mengunjungi air terjun dan berkeling kebun kopi, wisatawan bisa juga bermalam di ketinggian gunung atau kebun kopi. Untuk tujuan itu, di sekitar hutan, belakangan tersedia banyak tempat camping yang menawan, yang bisa digunakan untuk melihat sunrise di pagi hari.

Menurut catatan pihak desa, sejak dua tahun lalu, sudah banyak yang camping di Kampung Wisata. Mereka bukan hanya datang dari Sumedang, tapi juga datang Bandung, Bogor, bahkan Jakarta.

“Sekarang sejumlah titik kawasan sudah dikelola oleh sejumlah kelompok. Bahkan kalau akhir pekan, sekarang menjadi areal camping,” ujar Umar, Kades Bangbayang, bangga.

Akses mudah

Di Kampung Wisata Bangbayang, hingga kini belum ada penginapan khusus untuk wisatawan. Namun demikian, bukan berarti pengunjung tidak bisa menginap, jika tidak ingin menginap dengan cara camping. Ya, sebab di kampung ini, ada rumah warga dengan bangunan khasnya yang bisa disewa murah oleh wisatawan. Tarifnya, antara Rp 150 ribu hingga 250 ribu per malam, untuk satu keluarga.

Menuju ke Kampung Wisata Bangbayang tidak sulit walau tidak membawa kendaraan.  Jika dari arah Bandung, kita bisa berhenti di persimpangan Jalan Loji, Bangbayang, Situraja. Sampai di persimpangan Loji, bisa menggunakan jasa ojeg ke lokasi yang jaraknya sekitar 10 kilometer Ongkos ojeknya sekitar Rp 15.000. Namun bila pemilik ojeknya sedang baik hati, ongkosnya bisa hanya Rp 10.000 saja.

Bila menggunakan kendaraan pribadi lebih mudah lagi. Sesampainya di kawasan Kota Sumedang, tanyakan saja arah ke Situraja, Jalan Loji, Bangbayang. Keterlaluan, jika yang ditanya tidak bisa menunjukkan arah ke Situraja. (AP Sutarwan).***

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: