Situ Cisanti adalah hulu Sungai Citarum yang tenang dan bersih, di kaki Gunung Wayang. Kilometer 0 Citarum itu berada di Desa Tarumajaya, Kec. Kertasari, Kab. Bandung. Berjarak sekitar 50 kilometer di selatan pusat Kota Bandung, Cisanti bisa ditempuh dalam 2 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor.
Luas area situ sekitar 5 hektare, yang berada dalam kawasan seluas10 hektare. Air yang memenuhi danau, berasal dari tujuh mata air yang tidak pernah kering, yaitu mata air Citarum, Cikoleberes, Cikahuripan, Cihaliwung, Cisadane, Cikawudukan, dan Cisanti. Debit airnya mencapai 200-400 liter/detik.
Dari tujuh mata air tersebut, Cikahuripan dan Citarum terbilang stimewa. Posisi keduanya berdekatan, dan membentuk genangan serupa kolam sebelum akhirnya bermuara di danau. Juga ada pagar pembatas. Airnya bening sehingga ikan dan dasar kolamnya tampak. Semburan pasir di dasar kolam terlihat jelas, akibat dorongan mata air.
Di dekat kolam itu terdapat bangunan yang berfungsi untuk salat atau berdoa. “Kalau mau salat silakan berwudu di sini, mau minum langsung juga silakan. Airnya segar, dijamin sehat dan tidak ada polusi,” ujar Atep (44), juru pelihara tempat tersebut, Kamis (11/3/2021). Kedua mata air itu dipelihara secara turun temurun. Atep adalah kuncen ketujuh yang dipercaya untuk menjaganya.
Air Situ Cisanti kemudian mengalir menyusuri Sungai Citarum sepanjang 297 kilometer, melintasi 13 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, Cimahi, sebagian Sumedang, sebagian Cianjur, sebagian Kabupaten Bogor, sebagian Kabupaten Sukabumi, Garut dan sebagian Subang.
Mata air Cikahuripan. Foto: ESS
Semula kumuh
Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat. Sungai ini sarat dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial. Jutaan orang secara langsung bergantung hidupnya dari sungai ini. Sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya. Demikian juga dengan tiga waduk PLTA. Sementara itu penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu.
Sekian lama Citarum menghadapi problematikanya, menanggung derita berkepanjangan. Maka pada 2007 Citarum menjadi salah satu sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Sampah yang mengggunung di Citarum menjadi pemandangan sehari-hari. Limbah industri dan rumahtangga, dibuang seenaknya ke sungai ini.
Maka pada awal 2018, pemerintah mencanangkan program Citarum Harum. Presiden Joko Widodo berkunjung dan meresmikan program revitalisasi Citarum di Cisanti. Kodam Siliwangi adalah satu insntitusi yang terlibat langsung dan berperan penting dalam program tersebut. Dari hari ke hari upaya perbaikan terus dilakukan.
Cisanti yang sebelumnya kumuh, kini lebih tertata dan bersih. Sejumlah fasilitas tersedia untuk kenyamanan para pelancong. Terdapat are parkir yang cukup luas, penginapan, musola, dan warung-warung untuk melayani kepada pengunjung. Sejumlah parahu karet pun siap mengantar wisatwan berkeliling danau.
Sementara itu, setelah lebih dari tiga tahun, kini Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum secara bertahap kualitasnya meningkat. Sampah yang menutup permukaan air Citarum tidak lagi menjadi pemandangan rutin. Kegiatan Penghijauan sepanjang DAS digalakan. Industri yang nakal dan tidak kooperatif ditindak.
Semoga yang sudah berkembang baik ini bisa dijaga bersama dan ditingkatkan. Semoga semangat ini tidak hanya hadir ketika program Citarum Harum berjalan. Akan tetapi harus menjadi kesadaran sepanjang hayat. (Enton Supriyatna Sind).***