SUMEDANG.- Kaum muda harus selektif dan hati-hati dalam memilih kajian, kelompok perkumpulan maupun guru agama. Sebab seringkali generasi muda yang memiliki semangat keagamaan yang baik, kemudian terjerumus dalam lingkaran kelompok radikal karena salah memilih guru agama atau kelompok pengajian.
Kelompok radikal dan intoleran sangat masif menyebarkan paham mereka melalui media-media online. Hal ini merupakan tantangan bagi pemuda untuk mengambil peran dalam menangkal sasaran paham intoleran dan radikal. Jika suatu media menyebarkan narasi provokasi dan radikal, maka kaum muda harus bangkit dan melakukan perlawanan.
Hal itu terungkap dalam Dialog Lintas Pemuda Kabupaten Sumedang yang berlangsung di Aula Yayasan Manbaul Ulum Tanjungsari, Jumat (25/12/2020). Kegiatan tersebut digelar Aliansi Pemuda Sumedang Anti-Radikalisme. Peserta dialog berasal dari berbagai organisasi kepemudaan.
Perlawanan terhadap radikalisme, hanya bisa dilakukan kaum mudah jika terlebih dahulu memperbanyak wawasan keagamaan secara tepat dan mengambil dari guru yang tepat, agar tidak malah terseret ajakan kelompok intoleran dan radikal yang mengatasnamakan agama.
Namun sangat disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia menanggapi kasus yang masuk kategori radikalisme ini dengan cukup apatis. Tindakan radikalisme, intoleransi dan terorisme kerap dikait-kaitkan dengan fenomena politik negara.
Forum itu juga mengajak semua pihak untuk mengutuk segala bentuk kekerasan yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Lalu berikhtiar sekuat tenaga agar kejadian tidak berulang dengan menggali dan menemukan akar masalahnya. Setelah itu kita bersama-sama mencabut akar tersebut hingga tuntas.
Deklarasi pemuda
Dialog tersebut menghasilkan sebuah deklarasi yang dibacakan Koordinator Aliansi Pemuda Sumedang Anti Radikalisme, Denden Nur Mushoffa. Para pemuda Sumedang itu mendukung sepenuhnya tindakan hukum pemerintah untuk menuntaskan seluruh kasus hukum Habis Rizieq Shihab (HRS) dan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) lainnya yang melecehkan hukum di Indonesia.
Selain itu, mendukung sepenuhnya aparat Polri dan TNI untuk menuntaskan perang terhadap kelompok intoleran, radikal, teror dan separatis yang telah merongrong keutuhan NKRI. Mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi berbagai kasus kekerasan yang dilakukan kelompok yang mengatasnamakan agama.
Mereka juga mendesak pemerintah untuk segera membubarkan FPI, karena terbukti sering melakukan tindakan intoleran dan radikal. “Kami mendesak pemerintah khususnya pihak keamanan untuk mengambil langkah yang tegas serta cepat, dalam menangani gerakan radikal apapun yang merusak nilai-nilai luhur pancasila,” tuturnya.
Para pemuda mengajak seluruh rakyat Jawa Barat untuk bersatu padu berperang melawan tindakan intoleransi, radikal dan teror termasuk di dunia maya, dan menghindari berita-berita palsu yang menyebabkan keresahan hingga kekerasan di tengah masyarakat. (Pri)***