JAKARTA.- Dewasa ini terdapat problem komunikasi publik dari pemerintah kepada masyarakat berkaitan dengan kebijakan politik. Lemahnya komunikasi tersebut menjadi kata kunci mengapa banyak masyarakat yang masih tetap pesimistis, kecewa, dan juga curiga kepada pemerintan.
Demikian salah satu kesimpulan yang disampaikan Ketua Umum Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA), KH Maman Imanulhaq, setelah melakukan safari politik di Jawa Barat dalam beberapa hari terakhir ini. Sejumlah daerah disinggahinya seperti Indramayu, Karawang, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.
Banyak masukan penting yang didapatkannya sepanjang pertemuan dengan masyarakat. “Karena itu perlu ditegaskan kembali pentingnya cipta komunikasi dengan melibatkan seluruh aparatur negara dan juga tokoh masyarakat terutama tokoh agama,” tegas Pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi Majalengka itu, Senin (21/12/2020).
Ketika bertemu dengan para tokoh ormas Islam dan pengasuh pesantren se-Kabupaten Ciamis, pria yang akrab disapa Kang Maman tersebut mendapat pertanyaan mengenai status kehalalan vaksin Covid- 19. Kang Maman menjelaskan, apa yang dilakukan pemerintah adalah yang terbaik karena didasari oleh proses ilmiah dari pakar-pakar kesehatan.
Vaksinasi adalah cara efektif untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19. Vaksinasi yang berhasil akan memulihkan kehidupan masyarakat seperti semula yang berujung pada pemulihan ekonomi, bahkan kebangkitan ekonomi nasional menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Muncul pula pertanyaan tentang penahanan Habib Rizieq Shihab. Maman menegaskan, Indonesia adalah negara hukum. Penegakan hukum juga berlaku dalam kaitan penanganan covid. Maka bagi siapapun yang melanggar protokol kesehatan, mau tidak mau harus ditindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kekecewaan masyarakat
Sementara itu ketika berada di Sukabumi dan Cianjur, Maman mendapat pertanyaan lain tentang sejumlah pendapat yang membanding-bandingkan penanganan negara lain dalam soal Covid-19 dengan situasi nasional.
Menurut Maman, publik justru harus bersyukur, pasalnya kondisi di dalam negeri malah lebih baik ketimbang negara lain. Pertumbuhan ekonomi nasional tekoreksi tidak cukup dalam ketimbang India yang pertumbuhan ekonominya minus 20 persen. Termasuk pelayanan haji Indonesia yang menjadi peringkat pertama kuota haji dengan 220 ribu jemaah haji per tahunnya.
Dalam safari politik itu, Maman juga menemukan pernyataan kekecewaan dari sebagian tokoh masyarakat. Termasuk terhadap hasil sebuah penelitaian yang menempatkan Jawa Barat sebagai daerah paling intoleran berbasis agama di Indonesia.
“Ini yang perlu diklarifikasi. Karena bagaimana pun Jawa Barat menghasilkan kiai-kiai dan karya-karya tulis yang justru menunjukkan kembali spirit Islam. Islam yang ramah, Islam yang toleran, dan Islam yang mencintai Indonesia,” ujarnya.
Bahkan Maman bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menginisiasi penulisan biografi para kiai dari Tatar Pasundan. Penulisan buku biografi para kiai berkarakter santun, kharismatik dan cerdas akan lebih mengesankan dan mengundang rasa ingin tahu dan simpati masyarakat luas, sehingga ideologi radikalisme bisa dieliminasi dari wilayah Jawa Barat. (Pri)***