SEPERTI biasa pada Sabtu pagi, Irsyad (5) merapikan tasnya, bersiap untuk mengikuti kegiatan Sekolah Sabtu-Minggu (Samin). Tapi kali ini bukan hanya buku dan alat tulis yang dibawa, namun juga sarung. Lokasi belajarnya pun cukup jauh di Kampung Cisanggarung Desa Cikadut, sekitar 1,5 kilometer dari tempat tinggalnya di Kampung Singkur Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Ketika mobil Chevrolet Blazer bak terbuka tiba untuk menjemputnya, Irsyad menghambur dari teras rumah. “Mobilna datang, mobilna datang,” teriaknya. Tidak lama kemudian belasan anak sudah berada di atas kendaraan tersebut. Tubuh mereka terguncang ditingkahi tawa saat Blazer merah itu turun naik menapaki perbukitan.
Hari Sabtu (14/11/2020) itu memang hari istimewa. Bukan hanya bagi anak-anak Singkur, tapi juga bagi Desi (13) dan teman-temannya dari Cikored Desa Mekarmanik, serta Alda Risma (5) dan kawan-kawannya dari Cisanggarung Wetan Desa Cikadut. Sekitar 50 anak Sekolah Samin itu kemudian berhimpun di halaman sebuah rumah peristirahatan.
Mereka adalah sebagian dari anak-anak binaan Yayasan Odesa Indonesa yang tersebar pada 11 lokasi di tiga desa yaitu Cimenyan, Cikadut dan Mekarmanik. Karena keterbatasan sarana transportasi juga jarak, tidak semua anak bisa hadir. Para relawan yang terdiri dari mahasiswa dan sarjana pada setiap Sabtu dan Minggu menyambangi mereka.
Adalah Kilinik Basa (Kiba) yang menggagas acara khusus tersebut. Komunitas yang berkhidmat pada pelestarian bahasa Sunda itu, ingin berbagi kebahagian dalam ulang tahunnya yang ke-4 bersama anak-anak Cimenyan. Kiba didirikan pada 13 November 2016. “Urang murak tumpeng jeung barudak Cimenyan. Acarana mah sederhana, nu penting barudak kahibur,” ujar pupuhu Kiba, Taufik Faturohman, beberapa hari lalu.
Maka hadirin terpesona lalu tergelak, saat Kang Opik –sapaan akrab Taufik- menampilkan atraksi sudong (sulap jeung dongeng). Seorang bocah lelaki yang diminta tampil ke depan, dua kali “bertelur” setelah ngaheujeun (mengejan). Dengan wajah kaget, anak itu memandangi telur ayam tersebut. Tapi kekagetannya pupus sudah, begitu Kang Opik menyodorkan selembar uang kertas Rp 50.000.
Wayang daun singkong
Acara yang juga dihadiri puluhan anggota Kiba itu, bukan hanya menampilkan sudong. “Kaulinan budak lembur” (permainan anak kampung) di masa lalu, dihadirkan kembali. Anak-anak lelaki mengeluarkan sarung dan yang perempuan mengeluarkan kain samping dari tas mereka. Agus Injuk, vokalis band Billy De Kids, dan Iik Setiawan memandu permainan ini.
Boleh jadi anak-anak usia TK, SD dan SMP itu tidak lagi mengenal “kaulinan budak lembur”. Mereka tampak gagap ketika diminta membuat permainan “paparahuan” atau “balon sarung”. Sorak sorai terdengar, ketika lingkaran sarung melambung ke udara berputar menyerupai balon seukuran drum minyak tanah.
Membuat wayang dari daun singkong adalah materi lain yang menarik perhatian anak-anak. Untuk satu wayang dibutuhkan tiga tangkai daun singkong. Sesuatu yang sebenarnya mudah dipraktikan, apalagi tanaman singkong mudah didapatkan di lingkungan mereka. Lagi-lagi mereka menemukan sesuatu yang baru. “Tuh gampang kan,” ujar Agus Injuk sambil memainkan wayang buatannya.
“Kalian semua bisa menggambar,” begitu kata kartunis Budi Riyanto saat memberi semangat anak-anak dalam sesi belajar menggambar. Selama ini karya-karya pria berambut panjang , bertebaran di berbagai media massa cetak seperti koran Pikira Rakyat, majalah Mangle, dan koran mingguan Galura. Budi Riyanto memberi contoh dasar menggambar wajah orang.
Pada acara tersebut, Balai Bahasa Jawa Barat menyerahkan ratusan buku yang berisi cerita rakyat untuk sejumlah taman bacaan masyarakat (TBM) di Jawa Barat. “Buku seperti ini akan terus dicetak dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Ini salah satu upaya kita untuk meningkatkan minat baca,” kata Syarifudin dari Balai Bahasa Jawa Barat, yang juga memboyong para duta bahasa ke acara tersebut.
Menyantap tumpeng HUT ke-4 Kiba menyempurnakan seluruh kegiatan yang berakhir saat zuhur itu. “Kami juga menyerahkan 400 gunting kuku, titipan dari alumni Asrama Wisma Mahasiswa Bumi Siliwangi (WMBS) UPI Bandung. Ini bermanfaat untuk kesehatan,” kata Taufik Faturohman. (Enton Supriyatna Sind)***