Sabtu, 20 April 2024

Awalnya Lambung Bermasalah, Kini Nono Beternak Lebah

Nono Hermawan dan madu klancengnya. Foto: Ramlan.

NONO Hermawan (25 tahun) sudah lama terganggu dengan asam lambungnya yang sering bermasalah. Jika sedang kumat, perut melilit dan rasa mual tidak tertahan. Perut menolak diisi makanan. Beberapa obat warung dan ramuan tradisional dikonsumsinya. Akan tetapi belum ada yang cocok memulihkan penyakitnya.

Warga Kampung Adat Dusun Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis ini, kemudian mencoba mencari tahu dengan berselancar di dunia maya. Banyak informasi seputar asam lambung. Namun dia lebih tertarik kepada manfaat lebah trigona, yang dikenal juga sebagai teuweul atau klanceng, yang bisa mangatasi masalah asam lambung.

Nono mempelajari segala sesuatunya secara otodidak. Dia membuat sendiri kotak yang dibutuhkan untuk budi daya lebah lanceng. Bibitnnya sendiri didapat dari hutan Kampung Kuta.  Kampung adat itu luasnya 185,195 hektare, yang 40 hektare di  antaranya hutan larangan. Ada pula pesawahan dan perkebunan milik warga setempat.

Mendapatkan bibit lebah klanceng dari hutan tidaklah mudah. Membutuhkan keuletan. Eksperimennya berjalan dengan baik. Setiap pekan bisa menambah kotak. “Tiga bulan kemudian, madu sudah bisa dipanen. Hasilnya untuk sendiri. Penyakit lambung saya berangsur membaik,” kata Nono kepada apakabar.news, Senin (28/12/2020) di Aula Kampung Adat.

Nono kemudian mengembangkan peternakan lebah klanceng bersama empat orang  lainnya. Saat ini sudah terdapat sebanyak 30 kotak budi daya. Dia tidak ingin hasilnya hanya untuk dikonsumsi sendiri. Nono ingin membangun usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan  warga kampung adat.

Menurut sejumlah referensi, madu klanceng memiliki beberapa khasiat antara lain kaya antioksidan, yakni zat penangkal terhadap risiko terkena berbagai macam penyakit. Kemudian antibakteri, yang menurut penelitian dapat menyembuhkan infeksi antara lain akibat bakteri E. coli, B. subtilis, dan P. syringae. Juga antiperadangan, yang dapat melawan proses peradangan di dalam tubuh.

Tambah produksi

Madu klanceng biasanya dijual ke warga sekitar dan pelancong yang datang ke Kampung Kuta.  Madu dikemas dalam botol berukuran 250 gram dengan harga Rp 120 ribu. Jika sedang ramai pengunjung, madu yang terjual bisa mencapai 4 hingga 7 botol. “Tapi kalau sedang  sepi paling satu botol, itu juga dibeli warga sekitar,” kata ayah satu anak ini.

Di kampung Adat banyak tanaman agroforestry yang sudah menjadi bagian penting dari ekonomi rakyat. Keberadaan tumbuhan yang beragam juga akan mendukung perkembangan perternakan lebah klanceng. Kampung yang sering dikunjungi wisatawan itu, menjadi lokasi strategis dan modal sosial yang menjanjikan untuk usaha warga setempat.

Dia dan kawan-kawannya ingin segera menambah volume produksi. Namun masih menghadapi sejumlah kendala.  “Kendala utama yang kami alami di sini adalah sal inovasi dalam hal kemasan. Kami belum bisa membuat label cetak. Juga belum bisa mendesain. Marketing secara online belum tahu caranya. Apalagi sinyal internet di ini tergolong buruk,” ungkapnya.

Selain lebah klanceng, masih ada peluang usaha tani yang bisa dioptimalkan warga setempat. Di kampung tersebut sudah ada tanaman herbal seperti jahe, kunyit, kencur, binahong, sirih, sirsak, kelor, daun hantap, kumis kucing, dan daun afrika.

“Kami di sini membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam lagi tentang pemanfaatan tumbuhan. Banyak tanaman sini yang belum menghasilkan dari sisi ekonomi, karena belum diurus dengan baik,” katanya. (Ramlan Gumilar)***

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: