KETIKA K.H. Abdurrahman Wahid menjadi presiden keempat Republik Indonesia pada awal era reformasi (1999-2001), ada sejumlah kebijakannya yang dianggap kontroversial. Antara lain membubarkan Departemen Sosial (Depsos) dan Departemen Penerangan (Deppen).
Argumen Gus Dur –sapaan Abdurahman Wahid- tentang pembubaran lembaga yang kini bernama Kementerian Sosial (Kemensos) itu, kembali wara-wiri di media sosial melalui tayangan potongan video berdurasi 39 detik.
Video versi aslinya sendiri berdurasi sekitar 40 menit, berisi wawancara Andy F. Noya dengan Gus Dur dalam acara talk show “Kick Andy” beberapa tahun lampau. Kemudian banyak pemilik akun YouTube yang mengunggahya kembali, disesuaikan dengan peristiwa penangkapan Kemensos Juliari Batubara dalam kasus korupsi bansos Covid-19.
Andy F. Noya mengungkapkan, sampai sekarang masih menjadi perdebatan tentang langkah Gus Dur yang membubarkan Deppen dan Depsos. “Mengapa Depsos dibubarkan, semenara banyak orang terlantar yang harus diayomi Depsos?” kata Andy.
Lalu Gus Dur menjawab, “Persisnya, karena Depsos yang harusnya mengayomi rakyat malah korupsinya gede-gedean. Sampai hari ini.” Suara Gus Dur meninggi, dan tangan kanannya memukul-mukul pegangan kursi.
“Tapi kan untuk membunuh tikus tidak harus membakar lumbungnya?” susul Andy.
“Oh Memang,” jawab Gus Dur.
“Kenapa Anda bakar lumbungnya?”
“Bukan, karena tikusnya sudah menguasai lumbung”.
Jawaban Gus Dur itu membuat ruangan studio gemuruh tepuk tangan. Apa yang dikatakan Gus Dur itu seperti mendapatkan jawaban, setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjerat tiga Menteri Sosial sebagai tersangka dalam kasus korupsi. Mereka adalah Bachtiar Chamsyah, Idrus Marham dan Juliari Batubara.
Video Juliari
Selain video Gus Dur tersebut, di medsos juga muncul tayangan video Menteri Sosial Juliari Batubara yang membagikan solusi untuk mencegah korupsi di lingkungannya. Video ini pertama kali ditayangkan setahun lalu. “Pencegahan korupsi yang paling efektif adalah dengan pendekatan humanis,” kata Juliari.
Juliari mengaku memberikan peringatan kepada para bawahannya soal dampak buruk dari perbuatan korupsi. Juga tentang rasa malu secara masif bila tertangkap. Dia pun memperingatkan perbuatan korupsi yang membuat negara sulit. “Ingetin aja, kamu jangan lupa kalau kamu korupsi kasihan anak dan istri atausuamimu,” begitu ucap Juliari. (Rachmat Kartabudhi)***