Senin, 29 April 2024

Tag: kaum perempuan

Dewi Sartika:  Perempuan Sunda pun Ingin Maju (3-Habis)
Kabar Khas

Dewi Sartika: Perempuan Sunda pun Ingin Maju (3-Habis)

CEMOOHAN terhadap profesi guru perempuan tidak membuat Dewi Sartika goyah, apalagi mun­dur dari aktivitasnya. Semangatnya malah semakin menggebu-gebu untuk mewujudkan harapan-harapannya. ”Tatapi nu ngarang teu pisan galideur, unggut kalinduan, gedag kaanginan, sabab geus jamak baè anu hirup tèh, najan sakumaha hadè bageurna gè, sok aya baè nu dengki. Mungguh di bangsa urang nu matak dengki batur tèh aya tilu; banda, bagja, rupa.” (halaman 12). Dia berpikir keras, bagaimana caranya agar para orangtua mau menyekolahkan anak-anak perempuannya. Bagaimana pula supaya anak-anak perempuan itu mau bersekolah hingga selesai. Materi pelajarannya juga menjadi bahan pemikiran Dewi agar membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan. Selain itu, agar masyarakat makin percaya pentingnya pendidikan bagi ...
Dewi Sartika: Perahu Kecil di Lautan Luas (2)
Kabar Khas

Dewi Sartika: Perahu Kecil di Lautan Luas (2)

  RADEN Ajeng Kartini dan Raden Dewi Sartika menghadapi stigmatisasi (sikap merendahkan) kaum perempuan. Pada masa itu, terdapat dua hambatan di tengah masyarakat yang membuat langkah perempuan terpasung, yaitu pemahaman agama yang sempit dan adat istiadat yang sudah mengakar. Perempuan tidak perlu bersekolah, kata para orangtua. Soalnya, meskipun ber­pen­didikan, perempuan tetap tidak akan ”menjadi orang” seperti kaum lelaki. Perempuan itu cukup berperilaku baik, bisa memasak nasi, bisa bikin sambal, dan merapikan rumah untuk mengabdi kepada suami. ”Cenah hayang bisa nulis, mènta baè dipapatahan ka salakina.” (halaman 17) Kaum agamawan juga ada yang tidak menghendaki kaum perempuan bersekolah. Mereka menilai, anak perempuan cukup mengaji, belajar salat yang baik, menghafalkan si...