Jumat, 19 April 2024

Inovasi Dalam Migrasi Penciptaan Nilai

Lebih dari 20 tahun perjalanan karir, saya berinteraksi dan berkecimpung dalam berbagai jenis bidang bisnis, mulai dari bisnis IT, media, startup, hingga ke dunia pariwisata dan hospitality. Saya menemui berbagai lingkungan kerja, bentuk organisasi, dan tugas yang berbeda-beda.

Meski demikian saya mengamati dan menemukan sebuah kesamaan dimanapun yaitu dinamika lingkungan kerja tak boleh lengah dari (1) memantau laporan keuangan (arus kas, laba-rugi, neraca, serta rasio-rasio keuangan yang relevan), (2) menjaga keintiman dengan para pelanggan dan pasar, kemudian (3) rutin melakukan review proses kerja (proses penciptaan nilai) di dalam organisasi. Last but not least, (4) wajib update untuk meningkatkan kompetensi orang-orang yang menduduki posisi pemangku kepentingan dalam perusahaan.

Berdasarkan apa yang saya amati tersebut, kita sadari bahwa lanskap bisnis itu sangatlah dinamis. Ada atau tidak adanya pandemi pun para pengusaha di industri apapun harus terus menyalakan radar perusahaan untuk responsif bersiap meningkatkan kompetensi organisasi.  Semakin lebar cakupan bisnis tersebut, semakin besar organisasinya, maka harus semakin peka  dan aktif menangkap sinyal perubahan bisnis. Sinyal-sinyal ini kemudian harus mampu dipahami dan diterjemahkan makna serta relevansinya bagi organisasi. Fungsinya untuk membaca tren masa depan akan seperti apa. Perusahaan tidak boleh abai, terlalu nyaman dengan suatu kondisi.  Perusahaan harus lebih siap (dibanding pesaing) untuk memenangkan kompetisi atas pembeli, pemasok, pemberi solusi substitusi (pengganti), maupun para pendatang baru dalam kancah industrinya, atau bahkan merebut celah dalam benak market.

Sayangnya, seringkali apa yang saya temui tidaklah demikian. Suatu kondisi yang dirasa sebagai sebuah pencapaian kesuksesan seringkali tidak ingin diganggu dengan sikap adaptif ataupun responsif. Meski perusahaan tersebut menyerukan semangat inovatif. Inovasi hanya berperan sebagai jargon saja, bukan sebagai langkah migrasi dalam penciptaan nilai. Sebuah perubahan pada pasar sejatinya tidak akan terjadi seketika begitu saja, seperti membalikkan telapak tangan. Sebuah perubahan besar tetap disertai dengan pergeseran-pergeseran yang bila jeli, pasti mampu dibaca. Bila ini mampu diantisipasi, perlahan perusahaan dapat sedikit agile, inovasi dapat dijalankan. Namun tak sedikit perusahaan yang hanya berani secara temporer atau tidak permanen menjadikan inovasi sebagai cara untuk melakukan migrasi penciptaan nilai dalam beradaptasi pada perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam dunia bisnis.

Sebenarnya ada banyak cara yang digunakan perusahaan untuk menciptakan inovasi, salah satunya mendorong karyawannya dalam berinovasi. Mulai dari keterbukaan para pimpinan dalam menerima saran dari bawahan hingga membayar mahal konsultan untuk melakukan hacking dalam memandu karyawan untuk merealisasikan inovasi dalam migrasi penciptaan nilai.

Akan tetapi yang jarang disadari adalah inovasi akan mengeser model bisnis seiring perubahan tuntutan pasar. Konsumen begitu rentan, sangat mudah dipengaruhi perubahan (serta tawaran baru yang menarik) dari sisi teknologi, gaya hidup, pertumbuhan ekonomi, dan penyesuaian atas regulasi pemerintah. Sering muncul penolakan dari manajemen bahkan para pemilik perusahaan terhadap fakta ini.

Secara sederhana model bisnis adalah keseluruhan sistem untuk memberi kebermanfaatan pada pelanggan dan memberi keuntungan bagi perusahaan. Kalau tidak lagi memberi keuntungan, maka mau tak mau ubahlah model bisnisnya. Karena tak dielakkan sudah terjadi proses migrasi penciptaan nilai.

Siap atau tidak siap perusahaan akan melewatinya, di masa apapun, dalam kondisi situasi iklim bisnis apapun. Luar biasa jika perusahaan dapat mengantisipasi migrasi penciptaan nilai yang bakal terjadi dalam tiga sampai lima tahun ke depan. Sebab ini artinya mereka bisa mempersiapkan manajemen perubahan yang antisiatif. Bila ini terjadi maka perusahaan anda beberapa langkah di depan pesaing. Jeli, responsif, adaptif, agile, dan inovatif menjadi kata kunci sederhana yang wajib diingat para pebisnis. Tentu saja wajib disertai empat dinamika lingkungan kerja sebagai langkah-langkah yang tak boleh luput untuk diterapkan.

Tulisan ini merupakan sebuah pembuka bagi saya untuk memulai berbagi cerita tentang perjalanan dan pengalaman saya dalam melakukan observasi perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia usaha. Pada tulisan-tulisan berikutnya saya akan mengupas secara spesifik disertai contoh nyata dari pelaku-pelaku bisnis yang bisa jadi namanya sudah Anda kenal. (Bonni Irawan)***

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: