Jumat, 29 Maret 2024

Dian Lentera Budaya: Ikhtiar Perubahan dari Gedung Tua

Tisna Sanjaya dan karya-karyanya. Foto: Istimewa.

GEDUNG yang terletak di seberang sudut timur Alun-alun Bandung itu sudah lama membisu. Wajahnya kusam, tua dan tidak tampak denyut kehidupan. Tidak ubahnya seperti manusia uzur yang dibiarkan terlantar di usia senjanya. Padahal pada masanya, gedung yang berada di pusat kota tersebut telah menjadi salah satu penanda bagi kehidupan warganya.

Bangunan yang berusia hampir 100 tahun itu, menjadi bagian dari infrastruktur budaya modern yang penting pada masa kolonial. Awalnya, gedung ini dijadikan bioskop bernama Radio City. Lalu berganti nama menjadi Dian pada masa kemerdekaan. Tumbuhnya bioskop yang lebih modern pada 1990-an menyebabkan Dian terpuruk.

Berkali-kali terjadi peralihan fungsi komersial terhadap gedung yang beralamat di Jln. Dalem Kaum No. 58 Kota Bandung itu. Namun tetap saja keadaannya tidak kunjung membaik. Akhirnya Dian dibiarkan kosong dan tidak terawat. Menurut catatan,  gedung ini merupakan bangunan cagar budaya golongan A di kota Bandung yang harus dilindungi dan dirawat.

Tisna Sanjaya, adalah salah seorang seniman Bandung yang menyimpan keprihatinan sejak lama terhadap kondisi eks Bioskop Dian. Seba itulah, Tisna ingin menghidupkan kembali gedung itu lewat aktivitas pameran senirupa, sekaligus sebagai upaya melestarikan bangunan cagar budaya.

Gayung bersambut. PT Jasa dan Kepariwisataan Jabar (Perseroda) -Jaswita Jabar- sebagai pemilik gedung, mendukung gagasan Tisna berpameran di lokasi itu.  “Kami sambut baik inisiatif masyarakat, khususnya kalangan seniman yang ingin turut melestarikan gedung cagar budaya,” ujar Direktur Utama Jaswita Jabar Deni Nurdyana Hadimin, Sabtu (19/12/2020)

Menurutnya, gedung tersebut selain bangunan cagar budaya, juga memiliki rekam sejarah sebagai salah satu  ikonik di Kota Bandung dan Jawa Barat. Pemanfaatan gedung Dian sebagai tempat penyelenggaraan kesenian,  merupakan inisiatif yang perlu diapresiasi, mengingat selama ini tidak termanfaatkan dengan baik karena berbagai faktor.

Gerakan awal

Dalam kesempatan jumpa pers, Tisna Sanjaya menjelaskan, pameran yang diselenggarakan di eks bioskop Dian bertujuan sebagai gerakan awal upaya apresiasi seni, yang memiliki daya untuk terciptanya spirit perubahan di gedung tersebut dan lingkungan sekitarnya.

“Selain itu, kegiatan pameran juga sebagai upaya gerakan kebudayaan, demi terciptanya perubahan dari pusat kota Bandung. Program-program berikutnya setelah pameran ini, sedang disusun dengan pendekatan metode karya seni partisipatori yang akan berproses secara kreatif melibatkan kreativitas beragam seniman dan budayawan serta komunitas,” tuturnya.

Pameran tunggal yang akan berlangsung sejak 20 Desember 2020 hingga 28 Januari 2021 ini bertajuk “Dian Lentera Budaya”.  Bertindak sebagai kurator pameran, Agung Hujatnikajennong, dosen seni rupa ITB yang selama ini telah menjadi kurator berbagai pameran seni di Indonesia.

Karena berlangsung dalam suasana pandemi Covid 19, para pengunjung tidak disarankan untuk datang ke lokasi, namuan dapat menikmati pameran secara virtual melalui kanal youtube: Ladang Mangerang, akun facebook: Ladang Manera dan instagram @ladang_mangerang.

Dikatakan Agung, bagian terpenting dalam pameran itu adalah sebuah instalasi dan karya performans di mana Tisna mencuci bagian-bagian dinding yang kotor di lokasi tersebut. Bukan kebetulan, dalam banyak karya Tisna sebelumnya, ritural membersihkan, mencuci atau ‘meruwat’ orang-orang maupun benda-benda memang sering muncul sebagai gestur artistik.

“Ritual itu juga sekaligus sebagai ekstensi dari doa dan harapan. Proyek ini, sekali lagi, memperlihatkan konsistensi Tisna dalam mendorong kesenian sebagai praktik yang berdaya bagi perubahan,” ungkap Agung. (Rachmat Kartabudi)***

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: