Jumat, 29 Maret 2024

Penulisan Biografi Kiai, Penting untuk Lawan Radikalisasi

KH Maman Imanulhaq (kanan). Foto: Istimewa

BANDUNG. Salah satu cara untuk meredam radikalisasi yang gencar di tengah masyarakat,  adalah dengan menghadirkan figur teladan pembawa ajaran Islam moderat, toleran dan ramah. Figur tersebut bisa dihadirkan melalui buku biografi kiai berkarakter santun, kharismatik dan cerdas. Dengan demikian, akan mengesankan dan mengundang rasa ingin tahu serta simpati masyarakat luas.

“Kiai Ali Imron adalah sosok rendah hati yang mampu menggetarkan hati manusi dan mengubah jalan kehidupan mereka,” kata anggota Badan Kajian MPR RI KH Maman Imanulhaq, saat menjadi narasumber Forum Group Discussion (FGD) “ KH. Ali Imron: Kiai Rendah Hati dari Lemburawi”, di Pesantren Al-Istiqomah Maruyung Kec. Pacet Kab. Bandung, Minggu (13/12/2020).

Kiai Ali Imron (almarhum) adalah kiai kharismatik pendiri Pesantren Istiqomah dan Pimpinan Pesantren Baitul Arqom Lemburawi, Kec. Pacet. Kab. Bandung.

Menurut Maman, saat ini sedang terjadi krisis kemanusiaan di mana sekelompok orang atas nama agama tidak memiliki empati, tidak merasa bersalah saat melawan hukum dan kehilangan kesantunan di depan publik. Karena itu menjadi tugas bersama untuk memperbaiki kondisi ini dengan beragam upaya.

Kiai Ali Imron telah terbukti bisa mengeluarkan kualitas terbaiknya sebagai sosok yang rendah hati, cerdas, mengayomi dan menggugah kesadaran kemanusiaan kepada masyarakat. Sekaligus juga mengajak mereka mencintai tanah air.

“Program penyusunan Biografi Kiai Ali Imron ini menjadi langkah awal penulisan biografi kiai-kiai kharismatik lainnya di Jawa Barat, termasuk mengumpulkan karya-karya tulis mereka,” ujar pengasuh Ponpes Almizan Jatiwangi Majalengka ini.

Mama Pagelaran

Di hari yang sama, Kang Maman, demikian sapaan karibnya, melakukan pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Hotel Grand Preanger Bandung untuk membahas hal yang sama. Kedua tokoh Jabar itu sepakat bahwa radikalisme bisa dilawan dengan gerakan literasi yang menghadirkan spirit para tokoh teladan.

Keduanya mempersiapkan tim khusus untuk proses inventarisasi, dokumentasi, penulisan, editing dan publishing biografi, karya tulis dan bahkan eksiklopedia (at-thabaqat) ulama-ulama Jawa Barat. Bahkan Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, telah menyiapkan biografi Mama Pagelaran dan Karya-karyanya.

Perlu diketahui, Mama Pagelaran atau KH. Muhyiddin adalah ulama kharismatik yang produktif menulis. Dia  mendirikan Pesantren Pagelaran pertama berlokasi di Desa Serang Cimalaka Sumedang. Saat Mama Pagelaran membuka pesantren lain di Subang, Pesantren di Cimalaka diteruskan Mama Muallim Faqieh, yang tak lain kakek dari Maman Imanulhaq.

“ Saya dan Kang Maman diikat geneologi keilmuan dan sejarah perjuangan kakek kami. Dan kami berdua berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan kakek kami demi Jawa Barat bahkan Indonesia Juara Lahir Batin”, tutur Emil. (Pri)***

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: