Rabu, 24 April 2024

Di Perpustakaan Ini, Pernah Ada “History of Java” Cetakan Pertama

Gedung Sate tempo dulu. Foto: Istimewa

GEDUNG SATE adalah bangunan monumental yang multifungsi. Sebelum akhirnya menjadi pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat sekarang ini, gedung tersebut pada awalnya dipakai lembaga yang menangani pekerjaan umum dan pengairan. Selain itu, sebagian ruangannya juga dipakai untuk Centrale Bibliotheek  (Perpustakaan Pusat) yang diresmikan tahun 1924.

Masyarakat setempat “angkatan kolonial” sering menyebut Gedung Sate sebagai Gedung Hebe, yang pengucapan aslinya adalah Gedung GB kependekan dari Gouvernments Bedrijven. Ini  semacam perusahaan pemerintah atau  badan usaha milik negara –BUMN.  Di dalam gedung tersebut memang ada aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan BUMN ketika itu. Gedung GB adalah bagian dari kompleks pemerintahan pusat Hindia-Belanda di Bandung.

Koleksi perpustakaannya antara lain buku, jurnal, laporan dan majalah yang isinya didominasi tentang teknik. Koleksi tersebut merupakan gabungan koleksi perpustakaan Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan, Jawatan Kereta Api, Jawatan Pos Telegraf dan Telepon, Jawatan Geologi dan Pertambangan,  Dinas Tenaga Air dan Listrik.

Pada masa sebelum perang, perpustakaan tersebut merupakan perpustakaan teknik terlengkap di Asia Tenggara. Salah satu pengelolanya adalah pustakawan D.M.G. Joch dari Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan. Joch yang bertugas dari tahun 1929 hingga 1938, dinilai berhasil mengelola perpustakaan dengan lebih baik. Atas permintaan sendiri, Joch mengundurkan diri pada  akhir September 1938.

Tidak kurang dari 230.00 buah buku yang berderat di rak perpustakaan Gedung Sate masa itu. Selain buku teknik, ada juga juga buku filsafat, kebudayaan, politik dan tema sosial lainnya. Terdapat buku-buku langka dan penting tentang Indonesia. Misalnya, cetakan pertama buku legendaris History of Java (1817) karya besar Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826).

Terdapat juga naskah asli buku D’ Amboinsche Rariteitkamer (Kotak Keajaiban Pulau Ambon), karya besar Georg Everhard Rumpf, yang selesai disusun tahun 1699 dan diterbitkan di Amsterdam Belanda tahun 1705. Buku tersebut menyajikan berbagai jenis flora dan fauna laut yang ada di Ambon dalam lukisan cat air yang indah.

Mohammad Natsir

Mohammad Natsir, yang pernah menjadi perdana menteri di era Presiden Soekarno, merupakan pengguna aktif perpustakaan Gedung Sate. Setelah lulus dari SMP di Padang pada 1927, Natsir muda masuk Bandung dan bersekolah di SMA Negeri 3. Dia tinggal di rumah bibinya di kawasan Cihapit.  Jarak ke sekolah di Jln. Belitung cukup dekat, sehingga ditempuh dengan jalan kaki.

Kemampuan berbahasa Belanda Natsir tak sebagus teman-temannya yang dari Jawa. Ia merasa diremehkan. Hal itu mendorong Natsir untuk  belajar dengan lebih giat. Caranya, setiap hari sepulang sekolah ia menuju perpustakaan  di Gedung Sate, yang jaraknya juga tidak jauh dari Cihapit. Di tempat itulah kemampuan berbahasa Belandanya diasah.

Namun setelah Indonesia merdeka, perpustakaan ini tidak terurus dengan baik. Dari waktu ke waktu banyak koleksi buku yang hilang. Buku-buku langka dan tidak ternilai harganya itu, kemudian banyak berpindah tangan dan menjadi koleksi pribadi. Setelah sebelumnya beredar di pasar-pasar loak yang menjual buku antik.

Ketika Gedung Sate menjadi pusat Pemprov Jabar pada awal 1980-an, koleksi perpustakaan dipindahkan ke gedung arsip di Bogor.  Pada tahun 1994 ruang bekas perpustakaan itu sempat dijadikan kantor Dinas Perhubungan Jawa Barat. Ketika itu, dinas tersebut belum memiliki gedung sendiri. Baru beberapa tahun kemudian Dinas Perhubungan Jabar menempati bangunan yang terletak di Jalan W.R. Supratman.

Pada masa Gubernur Ahmad Heryawan, ruang bekas perpustakaan tersebut termasuk yang dirombak menjadi ruang kerja gubernur. Sebelumnya, ruang kerja gubernur berada di lantai 2 Gedung Sate, satu lantai dengan ruang kerja wakil gubernur, sekretaris daerah dan para asisten daerah. Kini perpustakaan Gedung Sate berada di bagian sebelah timur. Jalan masuknya lebih mudah dari pintu timur bagian belakang gedung. (Enton Supriyatna Sind, diolah dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: